14 Februari, 2009

KEBUNKOPIART Concert

Saksikan Konser Musik Perkusi Komunitas kebunkopi
27 - 28 Feb 2009
" Kaki Rimba "
di Taman Budaya
7 karya musik etnic progresif dari kebunkopi
melibatkan 35 seniman
menampilkan prodi seni & tari univ. TanjungPura
Kaki Rimba Bazaar:
alat musik tradisi oleh Christian Mara -
Pontianak dan Borneo Fotografi -
Galeri Lukisan Zul MS -
Canopy Indonesia -
Kerajinan Manik -
Tatoo Motif -
Club Sepeda Onthel SEPOK -
dapatkan tiketnya di:
- Tamasya Tour, Jln. Martadinata 12, telp.0561-777889
- Kebunkopi, Jln. Martadinata 12, call 0811576459
HTM
Eksklusive Vip Rp. 100.000
Vip Rp. 50.000
Standar Vip Rp. 25.000
Standar Rp. 10.000
Sinopsis karya musik yang akan di pentaskan
Mpepat Karya: Ferdinan, S.Sn. Mpepat diambil dari bahasa Dayak Suru’ Kapuas Hulu yang berarti kunang-kunang. Sebuah filosofi hidup tentang cahaya, dimana hidup bukan sebuah perjalanan tanpa ada tujuan dan makna. Hidup adalah sebuah karya yang dapat berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Layaknya sebuah cahaya terang yang terpancar pada diri manusia, seperti kunang-kunang yang bercahaya dalam kegelapan. Bukan seberapa terang cahaya kau berikan, tetapi seberapa banyak orang lain dapat memanfaatkan cahaya itu, hingga dirimu dikenali orang lain dengan cahayamu sendiri. Karya ini memuat beberapa tabuhan tradisional Dayak Kanayatn dan Kapuas Hulu dengan pengembangan pola ritme. Pengembangan ini mencoba menggabungkan pola ritme modern, sehingga membentuk suatu progresif ritme dalam pola musik tradisi untuk melihat peluang perkembangan pada khasanah musik yang kita miliki.

Ain Mum Ain Karya: Ferdinand Martin, SP. dan M. Davi Yunan
Ketika kita mendapatkan apa yang kita cita-citakan, kita juga kehilangan sesuatu. Bukan kehilangan yang harus kita tangisi, namun apa yang kita dapat harus dapat dijadikan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Begitu pula ketika melihat perkembangan budaya yang terdesak oleh modernisasi. Sesuatu yang kita cerna, kita dapat dan di jalankan bukan untuk melupakan dan mematikan tradisi kita, tetapi untuk mengangkat kembali tradisi demi kesejahteraan umat manusia dan budayanya. Musik yang di tampilkan adalah musik perkusi dengan mengangkat pola tabuhan katubong yang di aplikasi pada tabuhan gendang besar. Motif tabuhan di aransemen ulang untuk mengeksplorasi pola permainan. Selain itu beberapa tabuhan di hilangkan motif terakhirnya dan di ganti dengan ritme musik barat, sehingga musik ini membawa nuansa baru dalam musik tradisi.

Kakirimba Karya: Ferdinan, S.Sn. Sebentang alur kehidupan masyarakat Dayak berserta kearifan menjaga tradisi dan hutan mereka. Pada sisi lain budaya yang mereka miliki dihancurkan oleh modernitas dan pola pembangunan yang sebenarnya tidak mendukung kehidupan budaya mereka, akhirnya asinglah mereka dengan tradisi. Lalu wajah-wajah penuh kebingungang hanya bisa terdiam ketika anak cucu mereka bertanya tentang perkasanya enggang yang menari diantara rimba kokoh berdiri, tentang adat istiadat yang kini bisu dinyanyikan peradaban. Kalau sudah begini, jangan lagi kita tangisi tradisi. Sebuah sajian musik bergaya etnikprogresif dengan menampilkan beberapa pola tabuhan dalam bentuk baru. Penggabungan motif-motif tabuh disambung dengan menambahkan bridge antara bagian-bagiannya sehingga terlihat seperti satu karya utuh. Pola-pola interlocking lebih ditekankan pada hubungan antar tabuhan, sehingga terkesan saling menyambung dan bergelombang. Progresif style yang menjadi acuan tetap ditampilkan sehingga nuansa musik barat lebih dominan namun tidak menghilangkan ciri-ciri tabuhan musik tradisional Dayak yang ada di Kalimantan barat.

Racun Bullanak Karya: Ferdinan, S.Sn. Dalam kehidupan kita sering diracuni berbagai pola pikir modernitas yang sesungguhnya tidak cocok dengan budaya kita. Ini adalah sebuah pesan untuk arif dalam menilai, mencerna, dan menjalankannya dalam kehidupan. Modern bukan berarti segala sesuatu harus baru dan canggih, namun letaknya pada cinta kasih untuk menerima, memberi, dan berbuat untuk maju dalam peradaban baru. Bukan pula untuk meninggalkan sesuatu yang yang dan dinggap usang, namun memperbaharui yang lama dengan tidak menghilangkan ciri khas budaya yang telah ada sebelumnya, yaitu identitas tradisi yang harus dipertahankan. Karya ini menggabungkan beberapa motif perkusi tradisi dan modern. Pola-pola penyambungan secara sederhana mulai ditampilkan kembali. Penggarapan aransemen lebih menenkankan pada pembentukan harmoni, sehingga kekuatan tabuhan lebih dapat ditampilkan secara ekspresif.

Lantang (di sini, lantang kudengar jerit mereka) Karya: Ferdinan, S.Sn. Sebuah jerit kehidupan masyarakat Dayak, karena keterpurukan hidup ditengah pembangunan. Banyaknya perkembangan budaya baru yang harus membabat habis hutan-hutan rimba, adat dan budaya, hingga pemerkoasaan nilai-nilai tradisi yang membuat napas mereka terasa sesak oleh janji-janji palsu kaum penguasa. Tiada terdengarlagi lantang suara mandau dan tariu, enggangpun enggan pulan kerumah mereka yang penuh dengan jelaga keserakahan. Akhirnya menangislah dayak-dayak diladang sendiri. Karya ini diangkat dari puisi karya Yoseph Odillo Oendoen, S.Sn. dan Drs. Pietra Sar. Penggarapan musik mengacu pada world musik atau lebih menekankan pada pembentukan suasana dengan menghadirkan nuasa tradisi. Secara sepintas musik ini tidak berupa karya utuh, namun hanya sebagai ilustrasi dalam bentuk lagu yang mengalir. Pada akhir karya ditambahkan bentuk suita untuk mendukung beberapa pola interlocking sehingga kembali menyatukan bentuknya secara berkesinambungan.

Kepada Pitara Karya: Ferdinan, S.Sn. Sebuah pengakuan akan lemahnya kehidupan manusia, dan sebuah persembahan dari kerendahan untuk Tuhan. Dari sinilah hendaknya kita menyadari betapa lemah dan bodohnya manusia, dan segala sesuatu yang kita lakukan adalah cerminan kuasa Ilahi. Musik ini manampilkan beberapa motif tabuhan tradisi yang telah dikembangkan. Bentuk-bentuknya yang baru adalah sebuah perjalanan perkembangan dari kebun kopi pontianak untuk melihat perkembangan musik tradisi, sehingga dapat terus lestari sejalan perkembamngan zaman.

Tidak ada komentar: